Kamis, 28 Oktober 2010

PRESIDEN KITA : KETUA ASEAN DAN BENCANA

Hanoi ( Berita ) :  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan berupaya tetap menghadiri serah terima jabatan ketua ASEAN dari Vietnam dan Pertemuan Puncak Asia Timur (East Asia Summit) seusai memastikan tanggap darurat di Mentawai dan Yogyakarta berjalan baik.http://beritasore.com
“Saya akan kembali ke tanah air untuk memastikan tanggap darurat dilaksanakan dengan baik dan setelah itu, Insya Allah, saya akan kembali lagi nanti untuk menghadiri Pertemuan Puncak Asia Timur sekaligus menerima(kepemimpinan, red)  Ketua ASEAN dari Vietnam ke Indonesia,” kata Presiden dalam keterangan pers bersama Presiden Vietnam Nguyen Minh Triet, usai pertemuan bilateral kedua negara di Istana Presiden Vietnam, Hanoi, Rabu [27/10].

Mbah Maridjan Meninggal Dalam Keadaan Salat

YOGYAKARTA-C&R/OMG-Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X menegaskan, juru kunci atau kuncen Gunung Merapi, Mbah Maridjan meninggal dalam keadaan salat. Hal itu diungkapkan saat Sri Sultan berkunjung ke Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta, Rabu (27/10/2010). Lebih lanjut, Sri Sultan mengatakan, Mbah Maridjan paling susah diajak turun. Hal ini disebabkan lantaran ia memiliki tanggung jawab yang sangat berat dan dalam terhadap tugas yang telah diembannya.

Selasa, 26 Oktober 2010

Urgensi Pendidikan Pluralisme

http://harianjoglosemar.com
Bersama kita bisa,” hanya berhenti di slogan. Kita justru bersama itu yang tidak bisa, karena tidak ada upaya yang konkret dari bangsa ini untuk menyadari perbedaan sebagai perbedaan.
Budaya Indonesia yang kaya warna dan “terbuka” pada hakikatnya mudah diinfiltrasi oleh budaya luar. Penetrasi budaya global terhadap kebhinekaan budaya, etnis dan agama jelas mengandung potensi konflik yang bisa melemahkan ketahanan sosial dan budaya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat plural yang instabilitas dan rawan disintegrasi. Namun sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober, bangsa ini sudah yakin bahwa pluralisme Indonesia baik-baik saja, dan ditambah dengan gerakan penyatuan bangsa yang keliru. Gagasan berbeda tapi satu jua hanya jadi slogan, semuanya menjadi sentralistik, dan kurang menghargai hakikat perbedaan.